Enter your email address:


Minim Air, Cuci Baju Sebulan Sekali

Di Surabaya, saat ini terdapat 174.647 kepala keluarga (sekitar 700 ribu jiwa) yang belum terjangkau pipa PDAM. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, mereka membeli dengan harga cukup mahal. Malahan, ada yang harganya dua kali lipat dari tarif termahal PDAM untuk kalangan industri.JANGAN berharap ada warga Greges Barat Gg Mulyo yang mandi cebar-cebur atau mencuci pakaian tiap hari. Sebab, bagi sekitar 2.000 warga di tempat itu, air bersih adalah barang mahal. Untuk satu meter kubik, penduduk kampung di gang sepanjang sekitar 1 km itu harus mengeluarkan Rp 20 ribu.

Menurut M. Irsyad, wakil ketua RT 1 Greges Barat Gg Mulyo, kampung tersebut didirikan sejak 17 tahun lalu. Selama itu pula, masyarakatnya belum berhasil mendapatkan layanan air dari PDAM. ''Kami sudah berkali-kali mengurus. Tapi, tidak pernah berhasil karena banyak kendala,'' ungkap bapak dua anak tersebut.

Dia mengaku, kendala utama untuk mendapatkan jaringan pipa PDAM adalah status tanah yang mereka tempati. ''Rumah kami memang berada di atas tanah milik Dinas Pengairan. Karena itulah, PDAM sulit membangun jaringan pipa di wilayah kami,'' kata pria yang bekerja sebagai nelayan dan pembuat gabus helm itu.

Irsyad menjelaskan, rata-rata warga yang tinggal di Gang Mulyo tergolong kelas bawah. Karena itu, ketika PDAM menginformasikan bahwa biaya membuat jaringan ke gang tersebut harus ditanggung Rp 4 juta per calon pelanggan, mereka sangat berkeberatan. ''Bagi kami, angka sebesar itu sangat mahal. Satu-satunya pilihan adalah membeli air bersih dari Jasa Tirta yang ditampung di tandon hasil swadaya warga. Harganya Rp 20 ribu per meter kubik. Mau bagaimana lagi?'' ujarnya.

Harga air sebesar itu memang sangat mahal. Bandingkan dengan tarif air terbaru PDAM yang diberlakukan melalui program redefinisi sebulan lalu. Golongan tertinggi (termahal) adalah tarif yang dikenakan terhadap pengelola Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak. Banderolnya Rp 10 ribu per meter kubik. Masih separo yang harus dibayar warga Greges Barat Gg Mulyo. Padahal, Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak mempunyai penghasilan ratusan juta per bulan. Sedangkan penghasilan warga Greges Barat rata-rata Rp 1,2 juta per bulan.

Untuk menghemat biaya, Irsyad harus pandai-pandai memanajemen penggunaan air. ''Tiap bulan, paling banter kami menghabiskan empat meter kubik air. Tapi, bisa juga tiga meter kubik,'' ungkapnya.

Jika diuangkan, pengeluaran Irsyad untuk membeli air per bulan Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu.

Tapi, jangan salah, empat meter kubik per bulan tergolong pemakaian sangat irit dan tidak normal bagi sebuah keluarga dengan empat anak. Sebagai perbandingan, rata-rata pengeluaran air yang normal untuk rumah tipe 36 di sebuah perumahan sederhana adalah 20-30 meter kubik per bulan.

Ada banyak kiat yang dipakai Irsyad untuk mengurangi pemakaian air bersih. Pertama, keluarganya cukup mandi sekali dalam sehari. ''Itu pun kami batasi. Maksimal satu jeriken berisi 20 liter air tiap kali mandi,'' tegasnya.

Yang kedua, meminimalkan penggunaan air bersih untuk masak atau minum. ''Mending beli air mineral galonan untuk masak dan minum karena tidak terlalu banyak,'' jelasnya.

Kiat lain adalah mencuci sebulan sekali. Caranya, sekali mencuci harus banyak pakaian agar lebih irit. ''Saya justru sering berganti baju. Sebelum bau, saya sudah berganti biar besoknya bisa dipakai lagi. Dua baju bisa dipakai untuk tiga hari,'' katanya.

Selain sejumlah kiat untuk mengakali kebutuhan sehari-hari, ada lagi kiat yang biasa dipakai warga Greges Barat Gg Mulyo untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Mereka menyiapkan banyak ember dan bak yang berfungsi sebagai penadah hujan. ''Tapi, ya itu tadi, baru efektif kalau pas musim hujan. Makanya, kami selalu menunggu-nunggu hujan,'' ujar Ny Anik Nafsi'ah, tetangga Irsyad.



2 comments:
ussop mengatakan...
 

tes..tess.....

ussop mengatakan...
 
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

MyLangit Theme By ArpitNext
Copyright © 2008 Bloggerized by : GosuBlogger | Inspired By Langit : Eches